Minggu, 01 Maret 2009

SETANGKAI BUNGA YANG INDAH, TAPI……...

Suatu hari ku berjalan, di jalan yang tidak pernah kulalui

dan kuterus berjalan, berjalan

Lalu ditengah perjalanan kumelihat sebuah bunga yang indah

sangat indah, indah dan indah

Dalam hati bertanya, dan terus bertanya

siapa pemiliknya? Adakah?

Ingin hati, bukan sekedar memandang, tapi memiliki

namun sekali lagi, hati bertanya, adakah?

Kuulurkan tanganku untuk memetik bunga itu,

namun kutarik lagi tanganku.

Terus berulang-ulang kulakukan hal itu,

namun sekali lagi, dan lagi hati bertanya, adakah?

Dan aku hanya diam memandang………


Lalu datang orang pertama dan berkata :

“Petiklah bunga indah itu. Sepertinya tidak ada pemiliknya”

“Lakukanlah. Bunga yang indah jarang ditemukan”

Kuulurkan tanganku lagi, memetik bunga tersebut. Namun…..

Datang orang kedua dan berkata :

“Aku pernah melihat bunga itu. Awas ada durinya”

“Bunga indah di tepi jalan yang tidak tahu pemiliknya, mungkin ada durinya”

Kutarik tanganku kembali……dan kutermenung……diam

Datang orang ketiga dan berkata :

“Mengapa kau termenung? Apakah karena bunga indah itu?”

Kujawab : “Ya. Apakah kau kau tahu bunga itu? Apakah ada durinya?”

Dan dia berkata : “Hampir setiap bunga yang indah, pasti berduri”

“Namun aku pernah mendengar, bunga itu pernah terluka oleh seseorang”

“Seseorang yang pernah melewati dan memetiknya”

“Lalu karena suatu hal, dia tinggalkan bunga itu ditepi jalan lagi”

“Saya dengar, bunga itu mempunyai duri yang tajam dan……racun”

Aku hanya diam dan hatiku…….kenapa aku ingin memetiknya?

Lalu datang orang keempat dan berkata :

“Jika ingin memetiknya, petiklah”.

“Kalau memang ada durinya, biarlah tanganmu yang merasakan”

“Kalau memang ada racunnya, biarlah kau yang menentukan, mau bertahan atau tidak”.

“Lagipula duri dan racunnya, kalau memang ada. Jika tidak…..?”

Kutermenung……kalau memang ada, jika tidak?


Dan semua orang lainnya juga melihat diriku yang gundah.

Jika kujawab tidak, mereka melihat mata-ku. Jendela hati.

Namun mereka memberikan perkataan yang sama.


Lalu kuteringat…..

Jika kau ingin merasakan sesuatu, tidak bisa hanya dengan memandangnya,

harus kau makan jika itu makanan, harus kau minum jika itu minuman.

Sampai pada saat itu baru bisa kau tahu manis dan pahitnya.


Dan akhirnya kuputuskan untuk mencoba memetiknya, dan……..

Kurasakan durinya, tapi tidak seperti yang orang – orang gambarkan,

dan aku bisa bertahan. Sakit tapi kuingat :

“Hampir setiap bunga yang indah, pasti berduri”

Sekilas bunga ini pun tersenyum padaku.

Jadi tidak terasa sakit durinya.

Kurasakan semerbak harum wanginya, dan dia terus tersenyum,

Dan aku hanya bisa berkata :

“Belum pernah ada setangkai bunga indah yang pernah kulihat dan ingin kumiliki”

“Apakah kau bisa mendengar suara hatiku?”……………………………………

…………………………………….

Entah sudah mendengar atau belum, dia hanya tersenyum dan terus tersenyum.

Sampai suatu hari aku merasakan, sesuatu yang, sungguh, aku pun tidak tahu.

“Inikah racun itu? Aku seperti tidak dapat melihatnya, sungguh, tidak melihatnya”.

“Apakah aku sudah buta…..?

“Atau sejak awal aku sudah terkena racunnya? Sehingga buta mataku dan hatiku”

“Tidak, tidak. Mataku selama ini melihat terus senyumnya. Tapi hatiku……?”

“………atau senyumnya itu…….?


Sekarang dengan waktu yang tersisa, aku akan mencari jawabannya.

Ku tak bisa terus diam disini, karena masih ada jalan di depan yang harus kulewati.

Hatiku kadang berbicara :

“Ini bukan racun, tapi betul, sesuatu yang, sungguh, aku pun tidak tahu”

Dan aku pun bertanya :

“Tetap diam berdiri disini atau terus berjalan dengan atau tanpa bunga indah ini?”


Untuk sementara aku berpikir,...........

Memang setangkai bunga yang indah, tapi........................

(Mkr, 2005)

1 komentar: