Rabu, 25 Februari 2009

TINGGI

Langit, gunung dan menara adalah beberapa contoh benda yang identik dengan kata tinggi. Setiap kita menyebutkan kata-kata benda tersebut, hampir pasti atribut yang muncul adalah kata tinggi. Bahkan, ketika saya membaca kamus bahasa Inggris, kata tinggi yang diterjemahkan High, dengan penambahan kata on menjadi on high itu mempunyai arti in heaven. Secara mudah kita dapat mengartikan kata tinggi dalam banyak arti, antara lain adalah suatu kondisi dimana berada pada suatu keadaan atau tempat yang berada di atas.
Pengertian yang saya berikan diatas mungkin masih mengandung suatu ketidak-nyataan terhadap dimensi waktu dan tempat. Memang tidak mudah untuk menguraikan secara mudah dan komplit suatu kata seperti tinggi. Seperti kita ketahui, kata tinggi juga bisa melekat sebagai atribut pada kata-kata lain dimana akan menghasilkan kata kiasan seperti tinggi hati
Pada dasarnya banyak orang cukup senang dengan kata tinggi ini. Misalnya, suatu saham perusahaan saat ini berada pada posisi ter-tinggi. Atau lainnya, Orang tersebut mempunyai tinggi badan yang proporsional. Lalu banyak sekali perusahaan yang memakai kata tinggi sebagai atribut pada produknya dalam memasarkan atau mengiklankan produknya. Walaupun sebagian orang senang dengan kata tinggi, ada sebuah produk rokok yang justru memakai kata berlawanan dari tinggi (high) yaitu low, yang cukup berhasil dalam pemasaran dan penjualannya. Namun jika saya menyebutkan sebuah kalimat seperti ini : “Orang tersebut mempunyai ukuran badan tidak terlalu rendah atau pendek”, sudah pasti banyak yang kurang begitu suka, walaupun sebenarnya tidak terlalu rendah dengan tidak terlalu tinggi mengarah pada suatu ukuran yang pasti dan sama
Sekarang saya akan meninggalkan suatu ‘keanehan’ tanggapan terhadap kata tinggi sekaligus dengan antonimnya tersebut. Yang menjadi fokus saya adalah jika kita senang dengan keadaan tinggi tersebut, baik dalam dimensi waktu dan tempat, bagaimana yang harus kita lakukan ? Sekali lagi tidak mudah untuk menjelaskan secara langsung. Oleh karena itu saya akan memberikan suatu contoh atau memakai ilustrasi yaitu layang-layang
Kita semua pasti tahu apa itu layang-layang. Salah mainan atau jenis permainan yang walaupun katanya punya anak kecil, tapi banyak juga orang dewasa yang memainkannya. Bahkan pada beberapa negara, ada hari - hari khusus yang merupakan hari festival layang-layang. Atau bahkan ada yang menyelenggarakan lomba layang-layang. Layang-layang banyak bentuknya. Ada yang memakai warna sebagai faktor kreasi mereka tetapi juga ada bentuk dari layang-layang itu yang dijadikan faktor kreasi. Tetapi seperti kita ketahui bahwa jika ingin memainkan dalam hal ini menerbangkan layang-layang tersebut, hal pertama adalah kita harus mencari titik pusat berat layang-layang tersebut dan kita akan membuat ikatan atau simpul yang pertama. Lalu baru kita sambung dengan benang yang cukup panjang, berbentuk gulungan biasanya
Lalu setelah hal tersebut adalah kita mulai menerbangkan layang-layang tersebut. Banyak cara yang dipakai dalam menerbangkan layang-layang tersebut. Setelah layang-layang tersebut terbang, maka selanjutnya yang kita inginkan adalah agar layang-layang itu terbang lebih tinggi lagi. Pada dasarnya jika ingin layang-layang kita terbang tinggi, kita cukup hanya dengan mengulur dan menarik benang yang ada. Tetapi dengan benang yang ada dan juga kemampuan kita, maka ketinggian layang-layang itu pasti ada batasnya. Akan terjadi kondisi dimana kita sudah kehabisan benang dalam hal ini sudah tidak dapat mengulur lagi dan juga jarak pandang mata kita sendiri
Dari tentang layang-layang diatas, saya ingin mengajak kita membayangkan bahwa layang-layang itu adalah diri kita sendiri. Dalam mencapai suatu keinginan kita yang tinggi, baik kondisi atau posisi, kita harus bisa ‘menarik’ dan ‘mengulur’ diri kita. Dalam suatu waktu kita harus bisa mengulur diri kita, misalnya kita harus berani dalam bertindak dan mengambil keputusan, dalam suatu waktu yang lain kita juga harus bisa menarik diri kita dalam hal ini kita harus bisa mengoreksi dan melihat kembali apa keputusan dan tindakan yang kita ambil sudah tepat. Tepat disini adalah sudah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan kita dan sesuai dengan apa yang kita miliki. Bukan tidak sesuai tujuan dan bahkan melampaui batas kemampuan kita. Karena dengan begitu kita akan mengalami kondisi ‘kurang’, yang dimana akan meyulitkan bahkan merugikan kita. Seperti layang-layang kita yang sudah terbang tinggi dengan batas panjang benang yang kita miliki, ketika ia terbawa atau tertarik angin, kita tidak lagi mempunyai panjang benang tambahan untuk menahan tarikan itu, sehingga layang-layang kita yang telah terbang tinggi itu akan putus
Lain lagi halnya jika sekarang kita membayangkan bahwa layang-layang kita itu adalah seseorang yang mempunyai tempat khusus di hati kita. Kita tentu saja sangat menyayangi dan mencintai orang tersebut. Kita tentu ingin seseorang tersebut dalam kehidupannya sehari-hari juga bisa ‘terbang tinggi’. Kita, sebagai sahabat atau orang yang dekat dengannya, harus bisa menempatkan posisi kita, dimana saat kita harus ‘mengulur’-nya dan juga kita harus bisa ‘menarik’-nya. Kepercayaan yang utuh, ketidakadanya keterikatan (dalam hal ini, kita seperti tidak harus menjadi bayangannya) adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan. Kadang kita ingin selalu berada di dekatnya, kita takut seseorang tersebut melakukan hal yang bisa merugikannnya dan bisa juga hal yang akan membuat kita kecewa. Namun kita juga harus bisa untuk ‘menarik’-nya supaya ‘terbang tinggi’-nya itu tercapai. Kita mungkin sebagai sahabat atau bahkan orang terdekatnya, harus bisa mengingatkan dia jika ada hal yang dipandang mungkin kurang begitu baik, dimana dia mungkin tidak menyadarinya. Namun yang terpenting dari semua adalah kita juga harus bisa menghormati seseorang tersebut sebagai suatu pribadi dimana mempunyai hak-hak dan privasinya sendiri, sehingga kita harus menyadari dimana batas-batas kita (dalam hal ini benang yang tidak memiliki panjang tambahan). Selain itu kita juga harus sadar dimana batas kemampuan kita. Jangan sampai kita sendiri, yang karena hal ini, mengalami situasi dan kondisi yang berlawanan dengan arti kata tinggi itu sendiri (Disini identik dengan kondisi jarak pandang mata kita, seperti yang telah disebutkan diatas). Mungkin saja dengan dengan melihat kondisi kita yang seperti itu, dia akan ikut terbawa oleh kondisi kita (identik dengan layang-layang putus)
Oleh sebab itu, kita harus menjadi ‘pemain’ layang-layang yang bijaksana dan disiplin, apalagi layang-layang tersebut adalah layang-layang terindah yang menjadi kesayangan anda.

“ If we have flied high, get lower or straight to the low is
easier than get higher. Know what we are doing and where we are standing are important”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar